CommoPlast

SK Group to exit Sinopec JV stake as it shifts from chemicals to AI and chips

South Korea’s SK Group is set to offload its entire 35% stake in Sinopec-SK Petrochemical, marking a full retreat from the commodity chemicals sector



Grup SK asal Korea Selatan akan melepas seluruh kepemilikannya sebesar 35% di Sinopec-SK Petrochemical, menandai langkah mundur total dari sektor kimia komoditas seiring kelebihan pasokan dan margin menyusut mengubah lanskap industri ini.

Divestasi ini ditangani SK Geo Centric, anak perusahaan SK Innovation, yang membuka pembicaraan dengan mitra usahanya, China Petroleum & Chemical Corp. (Sinopec, pemegang saham mayoritas dengan 65% serta calon pembeli lain dari China, menurut sumber yang mengetahui hal itu. Transaksi ini diperkirakan bernilai mendekati nilai buku sebesar 819,3 miliar won ($594 juta).

Plant yang berdiri di Wuhan ini,  mulai berproduksi pada 2013, mampu memproduksi 3,2 juta ton bahan kimia komoditas per tahun, termasuk 1,1 juta ton etilena. Plant ini pernah mencatat pendapatan tahunan puncak sekitar 10 triliun won, dan dalam delapan tahun pertamanya berhasil mengumpulkan hampir 2 triliun won laba operasional, terdorong kelangkaan global etilena, salah satu bahan dasar utama petrokimia. Namun keberuntungan itu berbalik sejak 2021, pabrik ini menanggung kerugian lebih dari 1 triliun won setelah China menggandakan kapasitas etilenanya menjadi 60 juta ton pada 2023, jauh melampaui pertumbuhan permintaan.

Rencana keluar SK ini memperluas upaya restrukturisasi yang sebelumnya telah menutup aset dalam negeri, termasuk salah satu dari dua unit cracker nafta di Ulsan, dengan unit lainnya kini sedang dijual. Di luar negeri, SK Innovation juga bergerak mendivestasi produksi petrokimia di AS dan Prancis sebagai bagian dari realokasi modal. Pergeseran ini merupakan bagian strategi “ABC” grup, artificial intelligence (kecerdasan buatan), batteries (baterai), dan chips (semikonduktor) yang kini dipandang sebagai mesin pertumbuhan baru mereka.

Penjualan ini juga menyoroti tekanan meningkat terhadap sektor kimia Korea akibat ekspansi agresif China dalam membangun kapasitas berharga murah. Pemerintah Korea Selatan sedang menyiapkan cetak biru restrukturisasi industri menyeluruh untuk memulihkan daya saing, meski para analis memperingatkan kelebihan pasokan telah mengakar akan membatasi dampak upaya ini.

Sinopec, penyuling minyak terbesar di dunia dengan kapasitas penyulingan 252 juta ton minyak bumi dan 13,5 juta ton kapasitas etilena, dipandang sebagai pembeli yang paling memungkinkan. Kepemilikan penuh atas pabrik di Wuhan akan memungkinkan perusahaan milik negara ini untuk menyederhanakan pengambilan keputusan, memperdalam integrasi dalam jaringan penyulingan-ke-kimia, dan memenuhi pengawasan ketat Beijing terhadap kepemilikan asing di sektor-sektor strategis.

Bagi SK, langkah mundur ini membebaskan modal investasi di masa depan. Konglomerat itu menjanjikan investasi sebesar 8,2 triliun won hingga 2030 di bidang AI dan semikonduktor, termasuk pusat data AI besar di Ulsan bersama Amazon Web Services. SK Hynix, unit chip milik SK, sedang memperluas teknologi kemasan lanjutan untuk prosesor AI, sementara SK Innovation mengembangkan sistem penyimpanan energi dan pendingin untuk mendukung infrastruktur data.

“Era bahan kimia komoditas sebagai pendorong pertumbuhan tampaknya berakhir bagi SK,” kata seseorang yang mengerti dengan transaksi itu. “Babak berikutnya akan ditulis dalam bidang AI dan chip, bukan etilena.”

Written: Farid Muzaffar