Print

Harga minyak mentah menguat pada hari Senin ketika para pedagang menyesuaikan kembali geopolitical risk premium mengikuti kerusakan baru pada terminal ekspor utama di Laut Hitam, meningkatnya serangan Ukraina terhadap aset minyak Rusia, serta ketidakpastian kembali muncul terkait hubungan AS–Venezuela, meski keseluruhan pasar masih bergulat dengan ekspektasi surplus pasokan yang membayangi.

Futures Brent pengiriman Februari ditutup $63,17 per barel, naik $0,79 atau 1,27%.

WTI pengiriman Januari ditutup $59,32 per barel, naik $0,77 atau 1,32%.

Kenaikan ini terjadi setelah empat penurunan bulanan berturut-turut pada kedua patokan harga itu penurunan terpanjang sejak 2023, karena proyeksi kelebihan pasokan hingga 2026 terus membatasi keseluruhan sentimen pasar.

Harga mendapat dukungan setelah salah satu dari tiga titik pemuatan di terminal Novorossiysk milik Caspian Pipeline Consortium mengalami kerusakan parah akibat serangan pada akhir minggu di wilayah itu. Sistem pipa yang menangani sekitar 1,6 juta barel per hari minyak bumi Kazakhstan itu menghentikan operasi sementara pada mooring yang terdampak, memicu kekhawatiran gangguan pasokan dalam waktu dekat.

Para pedagang juga memantau perkembangan di Venezuela, di mana Presiden AS Donald Trump menyatakan wilayah udara di sekitarnya ditutup, menambah ketidakpastian politik meski ekspektasi kerugian pasokan dari produsen Amerika Selatan itu tetap terbatas.

Sementara OPEC+ menegaskan kembali rencananya menahan tingkat produksi saat ini hingga kuartal pertama 2026, memberi sedikit stabilitas saat kelompok itu menghadapi lemahnya permintaan musiman dan kekhawatiran potensi kelebihan pasokan. Keputusan itu membantu meredam tekanan bearish tapi belum cukup menahan ekspektasi yang meluas terkait meningkatnya pasokan global. 

Written by: Aiman Haikal