Oil extended slide as supply glut and demand concerns eclipse FED rate cut
Oil prices extended their decline on Friday, capping a three-day losing streak, as persistent worries over abundant supply and faltering demand overshadowed optimism
Harga minyak memperpanjang penurunannya pada hari Jumat, menandai penurunan selama tiga hari berturut-turut, karena kekhawatiran terus-menerus mengenai pasokan melimpah dan permintaan melemah mengalahkan optimisme pemotongan suku bunga pertama Federal Reserve AS tahun ini mungkin akan menarik konsumsi.
Brent ditutup $66,68 per barel, turun 76 sen atau 1,1%.
WTI ditutup $62,68, turun 89 sen atau 1,4%. Kedua acuan itu mencatat kerugian mingguan.
Analis mencatat pasokan tetap kuat sementara pemotongan produksi OPEC terlihat tanda-tanda pelonggaran, menambah tekanan sentimen pasar yang sudah rapuh.
The FED pada hari Rabu menurunkan suku bunga acuannya sebesar 0,25% dan memberi sinyal akan ada pemotongan lanjutan sebagai respons terhadap melemahnya pasar tenaga kerja AS. Meski biaya pinjaman lebih murah biasanya mendorong permintaan minyak, para pengamat pasar berpendapat besarnya langkah itu terlalu kecil untuk memberikan dukungan yang berarti, terutama karena hal itu dapat melemahkan dolar dan membuat minyak bumi menjadi lebih mahal bagi investor lokal.
Sementara itu, pertukaran persahabatan antar pejabat tinggi AS dan China membantu meredakan kekhawatiran pasar atas kemungkinan Washington memberlakukan sanksi sekunder terhadap pengiriman minyak bumi Rusia melalui tarif tidak langsung. Dialog itu juga meredam ekspektasi langkah tarif tambahan dari AS terhadap China, hanya seminggu setelah pemerintahan tersebut mendesak sekutunya mengenakan bea masuk hingga 100% terhadap impor dari China dan India. Para pedagang mengatakan aksi diplomatik ini mengurangi ketakutan langsung akan meningkatnya ketegangan perdagangan yang bisa mengganggu aliran minyak.
Written by: Farid Muzaffar
