Oct 16, 2025 7:32 p.m.

Oil prices tumbled as US tariff threat revived trade war concerns

Oil prices fell sharply on Friday after US threatened to impose sweeping new tariffs on China, reigniting trade tensions and amplifying fears of weakening global demand in an already oversupplied market.

Title

Available in

Harga minyak turun tajam pada hari Jumat setelah AS mengancam akan memberlakukan tarif baru secara besar-besaran terhadap China, memicu kembali ketegangan perdagangan dan memperbesar kekhawatiran terhadap pelemahan permintaan global di pasar yang sudah kelebihan pasokan.

Minyak Brent ditutup turun $2,49, atau 3,8%, menjadi $62,73 per barel, level terlemah sejak 7 Mei.

WTI turun $2,61, atau 4,2%, menjadi $58,90 per barel, terendah sejak awal Mei.

Penurunan tajam ini terjadi setelah pernyataan Washington mengisyaratkan adanya “peningkatan besar-besaran” tarif atas barang-barang China dan kemungkinan pembatalan pertemuan bilateral yang akan datang. Langkah ini diambil setelah Beijing memperluas kontrol ekspor atas unsur tanah jarang yang penting bagi manufaktur teknologi global sehingga semakin memperdalam kekhawatiran akan konflik dagang yang bisa menekan konsumsi energi.

Meredanya risiko geopolitik juga menekan harga. Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas menandai titik balik dalam konflik Gaza, mengurangi premi geopolitik selama beberapa bulan terakhir yang menopang harga minyak bumi.

Pada saat sama, fokus pasar kembali ke fundamental, dengan pertumbuhan pasokan anggota OPEC dan produsen di Amerika yang memperkuat ekspektasi akan terjadinya surplus dalam waktu dekat. Kenaikan produksi lebih kecil dari perkiraan disepakati OPEC+ untuk bulan November hanya memberikan dukungan kecil.

Ketidakpastian makroekonomi yang meluas juga membebani sentimen, dengan investor berhati-hati kemungkinan penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan bisa mengurangi konsumsi lokal dan memperlambat permintaan energi keseluruhan. 


Written
: Aiman Haikal